U/Cafe,Resto,Reseller
U/Cafe,Resto,Reseller
Di tengah popularnya tren wirausaha, banyak orang trial and error soal cara menghitung biaya usaha kuliner. Secara sederhana ataupun yang canggih dengan hitung-hitungan akuntansi, perlu bagi setiap pengusaha memahami komponen-komponen biaya yang tetap, yang dinamis, dan biaya-biaya tambahan lain di luar perencanaan awal. Karena namanya juga trial and error, banyak orang tidak langsung menemukan formula pembiayaan yang pas untuk usaha kulinernya.
Nah, dalam blog Class 103C kali ini kita akan membahas apa saja sih komponen biaya yang dimiliki usaha kuliner? Bagaimana meminimalisir biaya-biaya ini, dan tentunya manajemen biayanya dalam jangka panjang agar tujuan berbisnis tercapai.
Secara sederhana, penghitungan keuntungan usaha baru akan terlihat jika dikurangi akumulasi biaya. Rumus klasiknya: Keuntungan = Omset – HPP – Biaya. Omset yang besar belum tentu menguntungkan jika biaya juga besar. Jika kita mendapatkan Rp750.000,- dari penjualan kedai Chocolate Milkshake dalam satu hari, maka besaran rupiah ini terasa akan kecil jika kita mencatat biaya sebesar Rp650.000. Keuntungan yang didapat relatif tidak mencukupi untuk memutar modal dalam jangka panjang.
Dalam bisnis apapun, hukumnya adalah: 1) Maksimalkan omset, 2) Minimalkan HPP, dan 3) Minimalkan biaya. Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, kita perlu pahami dengan baik cara membeli bahan, bagaimana mengolahnya dengan seefisien mungkin, dan menjualnya dengan harga semenguntungkan mungkin.
Pada dasarnya, Biaya adalah berapa besar rupiah yang kita habiskan selama menjalankan usaha kuliner. Dan karena kita ingin mencatat siklus pendapatan dan pengeluaran dalam periode yang teratur (katakanlah: per hari atau per bulan), maka perlu pula kita mengaji berapa besaran biaya harian atau bulanan kita, apakah besarannya sudah wajar atau belum.
| Baca juga: Cara Menghitung HPP usaha Kuliner UMKM
Kalau contoh bisnis kita adalah kedai Chocolate Milkshake, yang pangsa pasarnya adalah anak muda dan anak-anak, kita bisa mengira-ngira komponen biaya yang akan terjadi secara rutin selama proses produksinya. Kira-kira bahan apa saja yang jika dibuat cukup untuk kualitas yang kita mau, namun dengan harga produksinya yang seminimal mungkin. Coba kita runut ya:
Bahan-bahan Chocolate Milkshake untuk produksi satu hari:
Maka, total komponen biaya untuk menjual Milkshake dalam sehari adalah Rp25.000+23.000+27.500+20.000+15.000+15.000 = Rp125.500.
Nah, jika segelas Chocolate Milkshake vanilla kita hargai Rp11.000 dan terjual sebanyak 50 gelas, potensi omset kita adalah Rp11.000 x 150 = Rp550.000.
Nah, sekarang. Jika kita mengurangkan total omset itu dengan biaya produksi produknya, Rp550.000 – 125.500, kita masih mendapatkan Laba Rp424.500. Apakah ini sudah bisa kita pakai untuk putar uang?
Jawabannya bisa Ya, bisa juga Tidak. Ya, jika sudah tidak ada komponen biaya-biaya lain yang dikurangkan ke dalamnya. Alias, ini sudah Laba bersih. Tapi jika masih ada biaya-biaya yang harus dibayar, atau disisihkan untuk pembayaran di akhir bulan, ataukah jika blendernya masih mencicil, misalnya, atau sewa tempat, misalnya maka komponen biayanya akan melebar dan keuntungan sebesar Rp424.500 itu masih tergolong Laba kotor. Dan belum bisa dikatakan pendapatan net masuk ke kas.
Apa saja sih komponen biaya-biaya usaha kuliner dan minuman macam ini?
Selain biaya produksi yang habis dalam sehari, sebagaimana diuraikan di atas, dalam bisnis Milkshake dan semacamnya tentu ada biaya-biaya tetap yang harus dikeluarkan, terlepas dari apakah kita menjual sesuatu atau tidak. Dengan kata lain, laris atau tidaknya jualan kita tidak mengurangi potensi biaya yang dikeluarkan setiap bulan. Apa saja biaya-biaya itu?
Masih ada beberapa komponen biaya lain, sangat bergantung pada jenis usaha dan skala produksi yang dikehendaki. Tapi uraian singkat ini diharapkan memberikan pengingat bagi kita yang sedang getol-getolnya membangun bisnis. Bahwa sebesar apapun omset, jika belum bisa meminimalisasi pengeluaran biaya, kita belum memaksimalkan keuntungan.
Sekarang kembali ke fokus kita saja: pakah kita ingin pakai cara menghitung komponen biaya usaha kuliner kita secara asal-asalan, atau membangun manajemen pembiayaan sederhana yang sangat membantu dalam mengejar keuntungan lebih baik!
Komentar
Leave a comment