Class 103X: Perhitungan Dasar Usaha Kuliner
Sebagian orang memahami bahwa perhitungan dasar usaha kuliner itu hanya soal berapa biaya dan omset. Memang benar, omset itu penting dimaksimalkan, dan biaya sebisa mungkin diminimalkan.
Akan tetapi, menyikapi persaingan industri makanan dan produk bergerak cepat (fast-moving consumer goods) yang kini semakin dinamis dan inovatif, usaha kuliner rumahan dan industri kecil menengah sekalipun dituntut untuk berinovasi. Tidak cuma dalam hal kemasan yang lebih apik untuk menyaingi barang-barang supermarket, tetapi juga beberapa elemen lain seperti jalur distribusi, studi pasar, dan pelayanan purnajual, penting diperhatikan agar bisnis kuliner kita bisa bersaing di pangsa pasar yang semakin berkembang.
Pada dasarnya memang, komponen penghitungan keuangan sederhana usaha kuliner dirumuskan seperti berikut:
Keuntungan = OMSET - HPP - BIAYA
Zaman dulu, ketiga unsur yang memengaruhi keuntungan di atas (omset, HPP, biaya) dihitung dengan unsur-unsur yang terbatas. Biaya misalnya, dalam bisnis makanan di era sebelum Internet bisa jadi hanya terbatas di biaya produksi, biaya bulanan, biaya kemasan, dan biaya pemasaran sederhana lewat reklame, selebaran atau agen penjual.
Namun kini, komponen biaya di era digital berkembang lebih luas. Pilihan pemasaran yang dulunya hanya terbatas pada media cetakan atau agen penjual, kini menambahkan biaya data Internet, perangkat pemasarannya semisal handphone dan laptop, ditambah lagi biaya promosi online-nya, komponen pembiayaan bisa bertambah dua atau tiga kali lipat. Tentunya, dengan proyeksi penjualan (omset) yang juga dinaikkan.
Nah, inilah yang dihadapi bisnis kuliner dan UMKM pada umumnya di masa digital ini. Dengan dinamika pemasaran dan persepsi masyarakat tentang sebuah produk tengah mengalami pergeseran, pengusaha-pengusaha kuliner dan UMKM bidang lain juga dituntut untuk menyesuaikan komponen pembiayaan dan strategi operasional agar tetap menjangkau pasar masyarakat tech-savvy dengan lebih cermat.
Untuk memaksimalkan keuntungan, omset juga harus dinaikkan dan biaya tetap diatur sedemikian rupa.
Untuk memaksimalkan omset, dibutuhkan kreativitas. Misal, produk Keripik Kentang produksi rumahan yang awalnya dikemas hanya dengan plastik bening transparan, kini memerlukan kemasan aluminimum, kertas atau plastik ramah lingkungan yang murah. Tujuannya, agar bisa menembus minimarket dan convenience store yang digemari kaum muda. Biaya mungkin bertambah, tetapi kemasan yang baru dan inovatif dapat menjangkau wilayah pemasaran yang lebih besar, dan juga potensi penjualan omset lebih besar.
| Baca juga: Cara Menghitung Omset Usaha Kuliner
Nah, setelah inovasi menaikkan harga dan menargetkan omset lebih besar, kini tujuan kita adalah meminimalkan HPP (ongkos produksi) dan juga Biaya-biaya lain. HPP yang baru bisa dipengaruhi oleh inovasi kemasan tadi, yang nominalnya tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan ongkos produksi bahan utama makanannya. Tapi penambahan sedikit ongkos kemasan bisa berpengaruh besar pada omset, maka kita melakukannya.
Sementara untuk biaya-biaya lain, termasuk biaya overhead, besarannya kemungkinan tidak terpengaruh, selama skala produksi dan durasi operasional penjualan tidak berubah.
Setelah mengetahui perhitungan dasar di atas, kita bisa fokus pada langkah-langkah inovasi yang hendak kita tempuh. Mau tidak mau kita menghadapi persaingan. Kompetisi bisnis di skala rumahan dan UMKM sama sengitnya dengan bidang-bidang usaha yang besar. Kita harus beradu gagasan, penampilan produk, dan strategi penjualan jika ingin mengais omset dari pangsa pasar yang terbatas. Kita harus siap menjalankan online marketing, kita harus memantau tren percakapan orang di media sosial, mencari celah untuk memasukkan produk atau jasa kita ke dalam sana. Kita harus mengikuti jadwal pameran-pameran produk yang biasanya disebar lewat web atau Instagram. Kita harus memantau komentar-komentar dan pemesanan lewat merchant elektronik. Kita harus standby kalau-kalau seseorang mengirimi kita email yang isinya ajakan bekerjasama
Kita harus lebih sigap. Di samping memfokuskan usaha kita pada perhitungan yang lebih baik, kita juga harus bergerak cepat mengiringi perubahan tren. Beberapa produk mengeluarkan edisi-edisi khusus untuk hari-hari besar atau perayaan-perayaan tertentu.
Apakah kita ingin membuat kemasan khusus untuk Valentine dan Halloween, misalnya. Apakah kita ingin memberi diskon khusus untuk yang berulang tahun dan mengirimkan voucher-nya lewat media sosial? Semua strategi baru ini akan menggeser hitung-hitungan biaya produksi dan pemasaran kita. Saatnya kita menyiapkan diri untuk berbagai strategi. Karena persepsi pasar bergerak sangat cepat, sebagai pengusaha kita juga harus sigap dan berpikir jauh-jauh ke depan.
Di samping berfokus meningkatkan omset dan membatasi biaya, sebagai pengusaha kita memberi ruang untuk perubahan-perubahan strategi di masa mendatang. Mungkin tahun ini peroduk kita dianggap inovatif, tapi setahun ke depan tidak lagi. Muncul gagasan-gagasan baru terkait produk, dan kompetitor kita semakin kreatif dan mengambil risiko. Mau tidak mau kita bergerak lagi. Pada akhirnya, perhitungan dasar usaha kuliner kita tidaklah bersifat statis, tetapi terus bergerak, dan justru di situlah sumber semangatnya.
----
Baca juga:
Class 102: Tips Menentukan Menu Makanan
Class 103C: Menghitung Biaya Usaha Kuliner Secara Sederhana